وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ
لَفِي خُسۡرٍ ٢
إِلَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
٣
1.
demi masa.
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Kecenderungan manusia untuk
melupakan hakikat kehidupan semakin menggejala di zaman teknologi ini.
Globalisasi telah menghancurkan tembok-tembok keimanan kecuali mereka yang
ditakdirkan selamat. (Maryam Jameelah).
Al Quran banyak memberikan
kepada kita orang-orang yang khasirin, yakni orang-orang yang hidupnya merugi
di dunia dan di akhirat. Merugi karena tidak mau beriman kepada ayat-ayat Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka membaca Alquran tetapi mereka
tidak tahu apa yang dibaca.
Misalnya dalam surah Al
Ashr, Allah menyebut semua manusia dalam keadaan merugi, kecuali empat
golongan. Mereka adalah yang beriman, orang-orang yang mengerjakan amal shaleh,
yang sering memberi tausiah kepada sesamanya agar menaati kebenaran, dan orang
yang nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.
Di luar itu, ini berarti
orang yang tidak beriman, kafir, munafik, fasik, syirik, semuanya merugi.
Begitu juga orang yang mengerjakan amal sayyiah (buruk) semacam kezaliman,
kekikiran, kejahilan, dan keingkaran kepada kebenaran juga merugi. Hal sama
juga berlaku bagi orang yang membiarkan orang lain terpuruk dalam kesesatan dan
orang-orang yang menyuruh orang lain gegabah (tidak sabar) dan tergesa-gesa
dalam mengambil sikap. Menyikapi ayat Alashr di atas, Imam Syafi’i berkata,
”Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya.”
Apa maksudnya? Surat ini
merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu. Yang tak mampu
menggunakan kumpulan waktu dialah yang dijamin bakal merugi, orang yang sudah
mati. Selajutnya dalam surah Annahl ayat 107-109 Allah juga menyebut beberapa
golongan yang merugi karena kelalaiannya. Mereka adalah orang yang mencintai
dunia lebih dari akhirat. Akhirat disepelekan, dunia dinomor-satukan. Bagi
mereka, Allah membutakan mata hatinya, penglihatan dan pendengarannya telah
dikunci mati oleh Allah SWT.
Masih banyak ayat-ayat lain
yang bertebaran di berbagai surah tentang golongan yang merugi ini. Dan bagi
mereka, di akhirat nanti akan mendapat azab yang pedih. Masihkah kita bersibuk
dengan urusan dunia kita dan melupakan akhirat? Masihkah kita menomor-satukan
diri dan menafikan orang lain? Apakah kita termasuk golongan ini? Tentu dengan
melihat kriteria yang ditetapkan Allah, kita bisa menilai diri kita sendiri.
Selagi ada kemauan, belum terlambat untuk berubah.
***
Oleh: Bukhari Ib
republika.co.id