Jumat, 25 Desember 2015
Selasa, 22 Desember 2015
Membangun Konsep Diri Anak
Masa balita dan
usia sekolah adalah masa-masa peka bagi anak dalam menerima dan mencerna
informasi. Kemampuan anak mengolah informasi pada masa ini didukung oleh
pertumbuhan organ tubuh yang pesat, khususnya organ otak.
Oleh sebab itu
semakin sering diasah dan diberi masukan yang disertai dengan contoh nyata dan
suri tauladan, semakin tajam dan mudah pula informasi dicerna anak. Pada
akhirnya, apa yang disampaikan orang tua akan dapat diingat anak sepanjang
hayatnya.
Orang tua yang
bijaksana tentu tidak akan melewatkan begitu saja masa-masa peka yang berharga
ini, dan berusaha mengisinya dengan informasi yang bermanfaat.
Agar anak
mencintai Islam dan bangga dengan jati dirinya sebagai muslim muslimah, ada dua
hal mendasar yang perlu kita perkenalkan kepada mereka. Yang pertama dan
terutama adalah mengenal Allah swt dan diri mereka sendiri.
Mengenal Allah swt
Untuk mengenalkan
Allah swt pada anak, berikut di bawah ini merupakan langkah-langkah yang perlu
kita lakukan : · Menjelaskan kepada anak bahwa Tuhan yang menciptakan kita
bernama Allah swt. Allah swt memerintahkan kepada nabi Muhammad saw untuk
menyebarkan agama Islam di dunia. Kita (ayah, ibu dan anak) beragama Islam.
Jadi kita akan disayang Allah swt karena memeluk agama Islam, agama yang
disukai Allah swt.
· Menceritakan kepada anak bahwa Allah swt Maha Pandai. Allah swt pandai menciptakan apa saja. Allah swt dapat membuat orang ; ayah, ibu dan anak, tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon dan lain-lain. Allah swt lah yang menciptakan berbagai jenis hewan, bulan, bintang, matahari. Allah swt memberi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar. Karena itu ucapkanlah Alhamdulillah. Dan bila melihat hasil ciptaan Allah swt yang indah, bagus dan cantik ucapkanlah Subhanallaah.
· Membiasakan anak mendengarkan/memperdengarkan suara adzan dan dilanjutkan dengan berlatih untuk berwudhu serta mengajaknya shalat berjamaah.
· Mengajar anak menghafalkan berbagai doa. Misalnya doa mau makan, selesai makan, mau tidur, bangun tidur, doa untuk orang tua, dll. Menjelaskan kepada anak bahwa kita hanya berdoa kepada Allah swt, meminta apa saja hanya kepadaNya, karena hanya Allah swt lah Yang Maha Kaya dan Maha Penolong.
· Mengajarkan anak untuk membaca Al-Qur'an serta melatih untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur'an seperti surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya.
· Menceritakan kepada anak bahwa Allah swt Maha Pandai. Allah swt pandai menciptakan apa saja. Allah swt dapat membuat orang ; ayah, ibu dan anak, tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon dan lain-lain. Allah swt lah yang menciptakan berbagai jenis hewan, bulan, bintang, matahari. Allah swt memberi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar. Karena itu ucapkanlah Alhamdulillah. Dan bila melihat hasil ciptaan Allah swt yang indah, bagus dan cantik ucapkanlah Subhanallaah.
· Membiasakan anak mendengarkan/memperdengarkan suara adzan dan dilanjutkan dengan berlatih untuk berwudhu serta mengajaknya shalat berjamaah.
· Mengajar anak menghafalkan berbagai doa. Misalnya doa mau makan, selesai makan, mau tidur, bangun tidur, doa untuk orang tua, dll. Menjelaskan kepada anak bahwa kita hanya berdoa kepada Allah swt, meminta apa saja hanya kepadaNya, karena hanya Allah swt lah Yang Maha Kaya dan Maha Penolong.
· Mengajarkan anak untuk membaca Al-Qur'an serta melatih untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur'an seperti surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya.
Mengenal Diri
Penting bagi anak
mengenal dan memahami kondisi diri mulai dari pengenalan fisik, psikologis,
sosial dan emosionalnya. Karena dari pengenalan diri ini akan berkembang konsep
diri, yang mana akan berpengaruh besar terhadap keseluruhan perilaku yang
ditampilkannya. Bila anak memiliki konsep diri yang positif, maka dalam
pergaulannya dia tidak akan menemui masalah yang serius. Sebaliknya, bila
konsep diri negativ yang terbentuk, maka hal ini akan menyulitkan anak, dan ia
kurang dapat berperan baik dalam kehidupannya. Karenanya sangat penting bagi
orangtua mengembangkan konsep diri yang positif bagi anak.
Konsep diri pada
intinya merupakan gambaran yang dimiliki seorang anak tentang dirinya. Gambaran
ini terbentuk karena keyakinan anak tentang bagaimana orang-orang terdekat
dalam kehidupannya memandang dirinya. Konsep diri anak terbentuk melalui kontak
dengan orang lain dalam lingkungannya. Kontak pertama anak adalah dengan
orangtua, yang dimulai sejak bayi, bahkan sejak anak dalam kandungan, kemudian
dengan anggota keluarga lainnya. Pengaruh orang-orang inilah yang paling
dominan bagi proses pembentukan konsep diri pada anak. Agar usaha pembentukan
konsep diri pada anak berhasil efektif, ada beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan.
Pengenalan Jenis
Kelamin
Anak jelas perlu
mengetahui jenis kelaminnya, laki-laki atau perempuan. Di dalam lingkungan
keluarga, masyarakat dan agama akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran
dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya anak
perempuan kalau sudah besar akan menjadi ibu, anak laki-laki akan menjadi ayah.
Pemberian Nama
Yang Baik
Penting bagi
orangtua dalam memberikan nama yang baik bagi anak-anaknya, terutama harus
jelas beda antara nama untuk laki-laki dan nama untuk perempuan, jangan
samar-samar. Karena nama ini akan melekat seumur hidupnya, dan akan
mempengaruhi jiwa anak dan reaksi lingkungan terhadapnya. Nama selain berfungsi
sebagai identitas dan panggilan, juga bermakna doa dan harapan orang tua
kepadanya. Cobalah kita rasakan perbedaannya bila kita mendengar nama
„Mince", dan Muslimah. Demikian pula dengan nama Joki dan Abdurrahman.
Sebagai orangtua muslim tentunya senang bila nama anak-anaknya bernafaskan
Islam.
Berpakaian
Muslim / Muslimah
Sudah jelas
terdapat perbedaan antara pakaian untuk anak laki-laki dengan pakaian untuk
anak perempuan. Dalam Islam berpakaian berfungsi untuk menutup aurat dan
menjaga kesehatan. Membiasakan anak perempuan kita mengenal pakaian muslimah
dan berkerudung pada masa kecil merupakan langkah yang cerdik. Pada usia ini
selera anak kecil masih mudah diarahkan. Karenanya hindari pemberian pakaian
yang pendek, celana sempit dan pakaian yang menyerupai pakaian laki-laki bagi
anak perempuan. Demikian juga dengan pakaian untuk anak laki-laki. Hindari
pemakaian busana yang menyerupai anak perempuan.
Jenis Kegiatan
yang Ditekuni
Jenis kelamin yang
berbeda, akan menentukan ragam permainan atau kegiatan yang ditekuni anak.
Kadangkala terdapat orangtua yang kecewa terhadap anak dikarenakan anak
berjenis kelamin berbeda dengan yang diharapkan. Sebagai kompensasinya, secara
tidak sadar orangtua mendandani dan membelikan permainan-permainan untuk anak
yang berjenis kelamin sesuai dengan harapan mereka. Pembiasaan jenis kegiatan
yang menyimpang dari jenis kelamin akan menimbulkan dampak negarif bagi
perkembangan jiwa anak yaitu anak akan mengalami krisis identitas.
Sumber : Majalah Bintang Kecil Wulansari, psikolog
Langganan:
Postingan (Atom)